Posted by : peyok ae
Selasa, 01 Oktober 2013
Faktor Penyebab Perubahan Sosial - Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik yang menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau negatif.
Contoh
perubahan yang positif adalah perubahan pola pikir masyarakat dari
pandangan yang menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki menjadi dua
anak saja cukup. Perubahan pola pikir itu membawa pengaruh yang positif
bagi masyarakat, karena kesejahteraan dan pendidikan anak menjadi lebih
terjamin.
Adapun
perubahan yang menimbulkan pengaruh yang negatif, misalnya adalah
penggunaan mesin-mesin industri untuk menggantikan tenaga manusia yang
dapat menyebabkan munculnya pengangguran dalam masyarakat. Untuk dapat
memahami lebih dalam mengenai perubahan sosial, perlu kiranya mengetahui mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan itu.
Perubahan
bisa terjadi sebagai akibat adanya sesuatu yang oleh masyarakat dianggap
sudah tidak memuaskan lagi. Selain itu mungkin juga disebabkan adanya
faktor-faktor baru yang oleh masyarakat dianggap memiliki manfaat yang
lebih besar bagi kehidupannya. Sementara itu Soerjono Soekanto
menyebutkan adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.
Faktor
intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk, penemuan baru,
konflik, dan pemberontakan.
Setiap
anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah
interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun
lambat akan merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang
akan lebih mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan
penduduk yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada
suatu daerah mengakibatkan kadar keramah-tamahan akan menurun, kelompok
sekunder akan bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi
lebih rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
Penemuan
merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan dunia
yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang baru pada
kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada, namun
kenyataan itu baru menjadi bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan.
Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil
penemuan tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru
dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh
perubahan yang besar (Horton, 1993: 212).
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi berbagai proses berikut ini.
1) Discovery,
yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang individu atau
serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa
alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
2) Invention,
yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru
itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Proses
dari discovery menjadi invention sering tidak hanya melibatkan satu atau
dua individu, tetapi serangkaian individu. Discovery baru akan menjadi
invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan
penemuan baru itu.
3) Inovasi
atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang meliputi suatu
penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke bagian-bagian
masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari, dan
akhirnya diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam
masyarakat dikatakan telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru
yang ditemukan telah banyak dikenal dan dipakai secara luas oleh warga
masyarakat.
Ada beberapa
pendapat dari para ahli mengenai konsep discovery, invention, dan
inovasi. Marilah kita simak bersama penjelasan berikut ini.
1) Ralph Linton,
mengartikan discovery sebagai penemuan yang bersifat penambahan pada
pengetahuan, dan invention sebagai penerapan dari pengetahuan tersebut.
2) Harison,
menjelaskan discovery sebagai penemuan benda atau material baru dan
bersifat dasar, artinya belum jadi karena belum memiliki bentuk.
Sedangkan invention sebagai penemuan benda atau barang yang masih
sederhana, namun sudah mempunyai konstruksi danbentuk tertentu, seperti
penemuan kapak tangan buatan masyarakat yang berkebudayaan prasejarah.
3) Dixon,
menyampaikan pengertian discovery dan invention secara lebih luas.
Menurutnya, baik discovery maupun invention keduanya dapat menimbulkan
hasil yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Dalam hal ini Dixon
membedakan antara discovery dan invention dari sisi motivasi dan tujuan
yang menunjukkan terdapatnya faktor-faktor yang memengaruhi inovasi,
yaitu faktor kesempatan, pengamatan, penilaian, kebutuhan, dan
keinginan.
4) Hobart Barnet,
memandang inovasi sebagai rekombinasi dari ide-ide yang ada sebelumnya,
kemudian membentuk ide baru. Atau dengan kata lain inovasi adalah
konfigurasi mental yang ada pada individu tertentu.
5) Parsudi Suparlan,
menyatakan bahwa discovery adalah suatu penemuan baru yang berupa
persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan
antara dua gejala atau lebih. Sedangkan invention adalah ciptaan baru
yang berupa benda atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses
penciptaan yang didasarkan atas kombinasi dari pengetahuan-pengetahuan
yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Ada beberapa
hal yang mendorong seseorang untuk melakukan penemuan atau pembaruan
terhadap suatu hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Kesadaran
dari para individu akan adanya kekurangan dalam kebudayaannya. Individu
tersebut berusaha untuk berbuat sesuatu guna mengisi dan memperbaiki
kekurangan yang ada.
2) Mutu dan
keahlian para individu yang bersangkutan akan mendorong terjadinya
penemuan baru. Apabila seorang ahli ingin meningkatkan mutu dari hasil
karyanya, maka mendorongnya untuk senantiasa mengoreksi hasil karyanya
itu.
3) Adanya
sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu. Misalnya dengan
mutu yang dihasilkannya, maka seseorang itu akan mendapatkan
penghormatan, kedudukan yang tinggi, harta kekayaan, dan lain-lain.
4) Adanya krisis dalam masyarakat. Banyak penemuan-penemuan baru yang dihasilkan ketika terjadi krisis dalam masyarakat.
Suatu
penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imateriil) maupun jasmaniah
(materiil) mempunyai pengaruh bermacam-macam terhadap kehidupan
manusia.
1) Suatu penemuan baru tidak hanya menyebabkan perubahan dalam bidang tertentu, melainkan seringkali memancar ke bidang lainnya.
2) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari suatu lembaga ke lembaga yang lain.
3) Beberapa
jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan. Misalnya
penemuan sepeda, sepeda motor, dan mobil menyebabkan dibangunnya
jalan-jalan beraspal.
4) Penemuan
baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi, kepercayaan, sistem hukum,
dan sebagainya) berpengaruh terhadap lembaga kemasyarakatan, adat
istiadat, maupun pola perilaku sosial.
Adanya
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan ciri-ciri fisik,
kepentingan, pendapat, status sosial Konflik dapat terjadi antar
individu, antar kelompok, antara individu dengan kelompok, dan
antargenerasi. Konflik antarkelompok, misalnya konflik antarsuku bangsa
yang terjadi di Timika, Papua. Konflik tersebut telah menimbulkan
kerusakan, jatuhnya korban jiwa, dan hancurnya harta benda.
Sebagai
proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif, namun tidak
selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari akan
memecahkan ikatan sosial biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi
yang justru akan menguatkan ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan
terbentuk suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi
konflik.
Revolusi
bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah mencapai puncaknya
pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan dikumandangkannya
proklamasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs.
Mohammad Hatta. Dengan proklamasi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
merdeka, bebas dari cengkeraman penjajah, serta telah mengubah struktur
pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional dengan berbagai
perubahan yang mengikutinya, mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial,
sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.
Penyebab
perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri juga
dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Di antaranya adalah faktor
alam yang ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Alam
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Alam
adalah penyedia bahan-bahan makanan dan pakaian, penghasil tanaman,
serta sumber kesehatan dan keindahan. Pertambahan jumlah penduduk dan
kemajuan teknologi lambat laun dapat merusak alam.
Semakin
tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula tekanan terhadap alam.
Oleh karena itu akan terjadi perusakan alam. Misalnya untuk memenuhi
kebutuhan akan perumahan, manusia mengeringkan lahan pertanian untuk
membangun rumah. Akibatnya lahan pertanian menjadi sempit, serta banyak
petani yang kehilangan lahan untuk bertani dan terpaksa bekerja sebagai
buruh pabrik atau pekerjaan yang lainnya.
b. Peperangan
Terjadinya
perang di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan kepribadian
dari individu-individu sebagai anggota masyarakat yang tinggal di
wilayah tersebut. Betapa tidak, perang pasti akan melibatkan seluruh
komponen masyarakat dan akan membawa perubahan dalam masyarakat
tersebut, baik besar maupun kecil. Selain itu akan membawa akibat yang
berarti bagi masyarakat setempat. Hal ini terutama pada masyarakat yang
kalah perang, karena adanya pemaksaan berbagai kebudayaan oleh negara
yang menang perang.
Di era
globalisasi sekarang ini, pengaruh kebudayaan masyarakat lain merupakan
suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Adanya hubungan kerja sama
antarnegara serta sarana komunikasi dan informasi yang semakin canggih,
seperti televisi, radio, dan internet memudahkan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain masuk dalam suatu negara. Akibatnya muncul perubahan
pada masyarakat yang menerima pengaruh kebudayaan itu.
Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1) Apabila
terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Dengan
demikian, di samping dipengaruhi, suatu masyarakat juga akan
memengaruhi masyarakat lain. Akibatnya muncul kebudayaan baru yang
merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang saling berhubungan.
Misalnya wayang yang merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan
Hindu (India).
2) Apabila
kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa, seperti
radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini yang terjadi
adalah pengaruh sepihak, di mana pengaruh hanya berasal dari masyarakat
yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.
3) Apabila
dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf
kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity,
yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda
dan saling hidup berdampingan, namun saling menolak pengaruh kebudayaan
satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat
yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun nonfisik.
4) Apabila
dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi,
maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur
kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
menambahkan beberapa faktor yang turut menjadi penentu dan kadar
perubahan sosial, yaitu lingkungan fisik, kontak dan isolasi, struktur
sosial, sikap dan nilai, serta kebutuhan yang dianggap perlu.
1. Lingkungan Fisik
Sepanjang
sejarah, banyak kelompok manusia mengubah lingkungan fisik mereka dengan
melakukan migrasi. Migrasi ke lingkungan yang berbeda menimbulkan
perubahan besar dalam segi kebudayaan. Hal semacam ini terjadi terutama
pada masyarakat primitif yang kehidupan para anggotanya sangat
tergantung langsung pada lingkungan fisik. Peradaban mempermudah
perpindahan dan penerapan budaya pada lingkungan baru yang berbeda.
2. Kontak dan Isolasi
Masyarakat
yang terletak di persimpangan jalan lalu lintas dunia selalu menjadi
pusat perubahan. Karena kebanyakan unsur budaya dari masyarakat atau
negara lain masuk melalui difusi, maka masyarakat yang mengadakan
hubungan dengan masyarakat atau negara lain itulah yang mudah atau
cenderung mengalami perubahan terlebih dahulu. Sedangkan daerah yang
terisolasi merupakan pusat kestabilan, konservatisme, dan penolakan
terhadap perubahan. Hampir semua suku yang sangat primitif juga
merupakan suku-suku yang terisolasi.
3. Struktur Sosial
Struktur
masyarakat memengaruhi kadar perubahan masyarakat secara halus dan
pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung. Meskipun birokrasi
kadangkala digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil
untuk sementara waktu), namun ternyata birokrasi yang sangat terpusat
justru sangat menunjang pengembangan dan difusi perubahan. Bilamana
suatu kebudayaan sangat terintegrasi sehingga setiap unsur kebudayaan
saling terkait satu sama lainnya dengan baik dalam sistem
ketergantungan, maka perubahan akan sulit terjadi dan mengandung risiko
yang besar.
4. Sikap dan Nilai-Nilai
Bagi kita,
perubahan merupakan suatu hal yang biasa dan wajar selayaknya air yang
mengalir. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang Barat yang memiliki
kebanggaan apabila dapat melakukan perubahan, dalam arti menghasilkan
penemuan-penemuan baru,
serta bersikap progresif dan tidak ketinggalan zaman. Suatu masyarakat
yang berubah secara cepat memiliki sikap berbeda terhadap perubahan.
Sikap itu merupakan penyebab dan juga akibat dari perubahan yang sudah
berlangsung.
Selain itu,
masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan sosial.
Para anggota masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis terhadap beberapa
bagian dari kebudayaan tradisional mereka dan selalu berupaya melakukan
eksperimen-eksperimen baru. Sikap seperti itu sangat merangsang saran
dan penerimaan perubahan di kalangan anggota masyarakat.
5. Kebutuhan yang Dianggap Perlu
Kebutuhan
bersifat subjektif. Kebutuhan dianggap nyata jika orang merasa bahwa
kebutuhan itu memang nyata. Di banyak bagian dunia yang terbelakang dan
kekurangan pangan, orang bukan saja memiliki kebutuhan objektif akan
tambahan pangan, tetapi juga memerlukan berbagai jenis pangan. Jika
orang belum merasa butuh, maka orang akan tetap menolak perubahan, dan
hanya kebutuhan yang dianggap perlu oleh masyarakat yang memegang peran
menentukan. Beberapa penemuan praktis terabaikan hingga saat masyarakat
membutuhkan kegunaan dari penemuan tersebut.